WISATA BADUY

Anda ingin membeli atau memesan khas Baduy seperti Ikat kepala(lomar), pernak-pernik, dll
hubungi saya lewat
Emile: elfaredl@yahoo.com

Kamis, 26 April 2012

KARAWITAN MINANGKABAU


KARAWITAN MINANGKABAU
Disusun oleh: Miftah Faridz Muharrom


SEKOLAH TINGGI SENI INDONESIA (STSI)
BANDUNG 2012






KARAWITAN

Berasal dari bahasa jawa artinya halus dan juga ada yang mengatakan dengan cabe rawit yang rasanya bersifat pedas.
Sedangkan istilah karawitan dalam karawitan minag itu hanya mengacu pada permainan rakyat saja.
Karawitan minang dilahat dari sudut pandangnya antara lain:
a.    Filosofis: berhubungan dengan karakteristik adat minang kabau,
b.    Kontekstual: yang mana suatu kesenian yang tidak berhubungan dengan hal yang peraktis, dan tidak berhubungan dengan teks
c.    Tekstual: yang mana berhubungan dengan hal-hal berupa teks.

MINANGKABAU

Kebudayaan minangkabau terdiri dari 3 bagian antara lain:
1.    Sistem pemerintahan adat
2.    Sistem kekerabatan:  patrinial(ayah), matrinial (ibu) lebih menitik beratkan pada rumpun ibu.
3.    Kesenian/karawitan.

PENGELOMPOKAN KARAWITAN MINANGKABAU

Karawitan minangkabau terdiri atas: Vokal dan instrumen.
A.    VOKAL
Vokal merupakan seni yang tertua, kenapa vokal dikatakan seni tertua?, karena seni vokal muncul dari awal peradaban manusia ketika hendak berkomunikasi dengan sang pencipta dalam bentuk yang sangat sederhana / ritual.
Vokal atau dendang(bahasa minang) secara etimologi berasal dari kata:
DEN = saya
DANG = danguang/dengung atau bersuara.
Contoh bila kita tulis DEN DANGUANGKAN berarti maknanya: saya bunyikan atau saya nyanyikan atau menyenangkan hati.
Vokal/dendang itu mengandung nilai tersendiri baik dari unsur seninya dan unsur filosofisnya.
Maka secara exnomusikologis nya dendang minang merupakan: “ungkapan perasaan seseorang dalam bentuk sastra lagu yang indah dan berlatar belakang filsafat minangkabau”.


JENIS-JENIS DENDANG

1.    Berdasarkan Tema
Jenis dendang terdiri dari:
a.    Ratok: Meratap, Ber iba-iba, sedih.
b.    Gembia: Bersukacita, hal-hal yang menyenangkan
c.    Baindang: Berdendang secara bersahutan antara 2 group berisi ajaran adat, sejarah minagkabau, dan lain-lain.
d.    Salawaik/Dikie: salawatan/ dzikir.

2.    Berdasarkan Daerah
Terdiri dari:
a.    Dendang Darek:
•    Dendang Singgalang
•    Dendang Payukumbuah
•    Dendang Solok
b.    Dendang Pasisie:
•    Palayaran
•    Kembang aie aji
•    Risau lai
3.    Berdasarkan Instrumen pengiring
Berdasarkan instrumen pengiringnya dendang ini terdiri dari:
•    Dendang Pauh
•    Dendang Sirompak dan
•    Dendang Sampelong

B.    INSTRUMEN
Klasifikasi menurut jenisnya instrumen karawitan mingakabau terdiri atas:
•    Alat Tiup
•    Alat Gesek
•    Alat pukul
•    Alat Petik.

1.    ALAT TIUP/ AEROPHONE
Merupkan jenis alat musik paling banyak dan umumnya terbuat dari bahan bambu yaitu seperti:
•    Saluang
•    Bansi
•    Sarunai dan
•    Puik

SALUANG

Asal usul Saluang secara Etimologi berasal dari  kata: SA: se, Luang: Ruang atau rongga.
Adapun secara exnomusikoligis Saluang adalah Alat musik yang tebuat dari Satu ruang/ ruas Bambu.
a.    Legenda:
•    Cerita yang berkembang di masyarakat
•    Kebenarannya belum teruji secara ilmiah
b.    Sejarah
•    Kebenarannya telah teruji secara ilmiah
•    Dengan bukti-bukti peninggalannya


1.    Saluang Darek

Tumbuh dan berkembang di daerah darek/Pedalaman.
Suara atau bunyi yang dihasilkan pergesekan udara saat dilakukan peniupan pada bagian ujung yang sengaja dimiringkan, bagian ujung yang dimiringkannya disebut dengan istilah suai



Suara tiupsn dslusng tidak dapat dipisahkan dengan Vokal/dendang, keduanya berjalan sejajar. Tidak dapat dikatakan apakah saluang mengiringi dendang atau dendang yangmengiringi saluang.

2.    Saluang Sirompak

Berasal dari kata: SALUANG dan ROMPAK artinya hancur, luluh, berkeping-keping.
Jadi, saluang Sirompak fungsinya: pertunjukan untuk menghancurkan, meluluhkan hati seseorang(wanita) baik melalui suara tiupan, dendang, maupun mantra-mantra (pituang).

3.    Saluang Sampelong
Fungsinya sama dengan Saluang Sirompak . saluang ini tumbuh dan berkembang di Daerah Payukumbuh. Pertunjukannya sama mengandung mistis dan berfungsi untuk mengguna-gunai orang lain.
Nada-nada  yang dihasikannya mendekati 5,6,1,2,3.

4.    Saluang Panjang
•    Tumbuh dan berkembang di Daerah Sungai Pagu Muaro Lambuah.
•    Lobang nadanya 4 buah, salahsatunya terletak di belakang.
•    Lobang sumber suaranya mirip dengan suling sunda, tetapi tidak memakai ruas.

5.    Saluang Pauh
•    Tumbuh dan berkembang di daerah pauah sambilan (pinggiran kota padang)
•    Terbuat dari seruas bambu kecil (mirip dengan bansi)
•    Lobang nadanya berjumlah 6 buah.
•    Berfungsi untuk hiburan.

6.    Alat Tiup Bansi
•    Tumbuh dan berkembang di daerah pesisir namun keberadaannya dapat dijumpai Di seluruh daerah minangkabau
•    Terbuat dari seruas bambu kecil dan mempunyai 9 buah lobang nada
•    Susunan nada-nadanya mendekati 6, 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 1,
•    .

•    Bahkan mampu menghasilkan nada 2, 3 (tinggi).
•    Pertunjukannya biasanya secara solo maupun
Bersama dengan perangkat lain seperti talempong

7.    Alat Tiup Sarunai
Bahannya terbuat dari Bambu Tamiang kecil terdiri dari 2 bagian:
•    Anak, tempat sumber suara berbentuk lidah
•    Induak, tempat lobang nada berjumlah 4 buah

Pertunjukannya Biasanya Bersamaan Dengan Instrumen Lain Seperti Dalam Perangkat Talempong.

8.    Pupuik
Merupakan bentuk lain dari sarunai sama-sama memakai lidah sumber suara
Jenis- jenis Pupuik
a.    Pupuik Batang Padi
b.    Pupuik Tanduk
c.    Pupuik Lagundi
d.    Pupuik liolo


2.    INSTRUMEN PUKUL / IDIOPHONE
2.1    Kelompok instrumen musik  pukul yang bahan bakunya terbuat dari campuran logam atau tembaga.
Yang termasuk kelompok ini adalah:
•    Talempong
•    Canang
•    Aguang
•    Ganto



TALEMPONG

Bentuk fisiknya mirip dengan bonag pada perangkat Gamelan Saunda atau reong pada perangkat gamelan bali.

1.    Talempong Tradisi
Ciri-cirinya:
•    Jumlah instrumen tidak lebih dari 7 buah
•    Cara memainkannya sangat sederhana
   
Enseble  Talempong Tradisi:
•    Talempong Pacik
•    Talempong Duduak/duduk

a.    Talempong Pacik
PACIK= Pegang
Pertunjukan talempong yang dimainkan dengan cara dipegang,
Baik sambil duduk, berdiri, maupun berjalan (mengiringi prosesi)
Pola Tabuhannya terdiri dari 3 bagian:
1.    Anak    :  terdiri dari 1 atau 2 buah instrumen dengan susunan nadanya tidak tetap
2.    Dasar    : terdiri dari 2 buah instrumen dengan susunan nadanya tidak tetap
3.    Paningkah    : terdiri dari 1 atau 2 buah instrumen dengan susunan nadanya tidak tetap
Biasanya, jumlah personil dalam pertunjukan talempong pacik 5 orang
1. Pemain talempong 3 orang
2. Pemain gandang 1 orang
3. Pemain alat tiup 1 orang

pola permainannya
pola tabuhan anak sebagai pembuka.
tabuhan dasar mengisi motif bagian anak.
paningkah membentuk jalinan antara motif anak dan dasar.
gabungan dari ketiga motif tabuhan itu akan melahirkan sebuah keutuhan jalinan
yang harmonis


b.    Talempong Duduak/Duduk
merupakan pengembangan dari talempong pacik.pertunjukannya dilakukan sambil duduk sedangkan talempong diletakkan di atas rea atau ancak.

Ciri-cirinya:
Posisi talempong selalu berpindah tempat Seiring dengan pergantian lagu
Umumnya lagu dimainkan dalam tempo angat cepat
Contohnya:
•    Talempong Sialang
•    Talempong Unggan

2.    Talempong Kreasi

Talempong Rea
pertunjukannya berbentuk orkestrasi, talempong diletakkan di atas rea yang berjumlah 5 buah,terdiri dari:
    Melodi   
Tradisi dari 8 buah Talempong atau lebih dengan susunan nada-nadanya seperti tut piano
Tal. Rendah        Tal. Tinggi
Canang rendah        Canang Tinggi
CANANG
Bentuknya Mirip dengan talempong besar .

pada mulanya berfungsi untuk mengumpulkan massa
berkembang menjadi momongan, yaitu tiga atau lebih canang dipikul membentuk jalinan atau mirip dengan permainan talempong pacik

AGUANG
Bentuk fisiknya mirip dengan goong di daerah sunda dalam karawitan minang hanya dipakai pada perangkat talempong sialang saja atau disebut juga dengan gandang aguang
di samping itu aguang memegang peranan penting  pada acara batagak penghulu dan pembukaan  upacara-upacara adat.

GANTO
Genta; jarang ditemukan dalam perangkat karawitan  minang. Akhir-akhir ini dipakai dalam perangkat perkusi Banyak ditemui tergantung di leher binatang piaraan Seperti kambing, sapi, dan kerbau.
2.2     Membranophone/Kulit Binatang
alat musik pukul yang sumber suaranya terbuat dari membran atau kulit, baik bermuka satu maupun bermuka dua
A.    BERMUKA SATU
1.    Rabano/Rebana
Termasuk jenis instrumen frame drum, yaitu mempunyai kerangka atau bingkai fungsinya pengiring pertunjukan kesenian yang bernafaskan islam, contoh dikie rabano
•    Versi 50 Kota:
Berbentuk cekung, Kerangka Badannya agak dalam
untuk merekatkan kulit digunakan tali dari rotan. tali tersebut juga berfungsi unt menegang-kendorkan kulit sumber suara. selain itu alat untuk menegang-kendorkan kulit  juga digunakan sidak dan pasak
•    Versi Agam dan Tanah Datar
Bentuk fisiknya lebih pipih, diameternya lebih besar diameter permukaan hampir sama dengan diameter bagian pantat.
Untuk merekatkan kulit dipakai paku payung, sedangkan untuk menegang-kendorkan kulit ss hanya menggunakan sidak dan dibagian sisi-sisinya terdapat ginjring

2.    Idang
Bentuk fisiknya serupa rabano versi tanah datar atau agam, tetapi ukurannya lebih kecil di paraiaman disebut juga dengan istilah rapa’i

3.    Adok & Tasa
Bentuk fisiknya serupa dengan rabano versi 50 kota, tetpi ukurannya lebih kecil
beda adok dan tasa terletak pada bahan dasarnya kerangka adok terbuat dari bahan kayu sedangkan tasa dari tanah liat.
tasa berfungsi sebagai komando dalam perangkat gandang tambua atau gandang tabuik

B. BERMUKA DUA

1.    Gandang Sarunai
•    Bentuk fisiknya mirip dengan gendang bali tetapi lebih pendek
•    Berkembang di daerah solok dan sering digunakan dalam pertunjukan gandang sarunai.
•    Dalam hal ini gandang dipakai berpasangan yaitu sebagai jantan dan betina
Contohnya dalam permainan gandang sarunai.

2.    Gandang Tambua
•    Berkembang di pesisir barat minangkabau (pariaman) untuk pertunjukan tabuik.
•    Sebuah ritual memperingati wafatnya hasan dan husein
•    Bentuk fisiknya mirip dengan bedug, tetapi ukurannya lebih kecil

3.    INSTRUMEN  GESEK

Alat kesenian gesek lainnya jugadi namakan rebab. Rebab berkembang di daerah darek dan pesisie/pesieir.
1.    Rebab Darek
•    Berfungsi mengiringi dendang minang, baik ratok, gembira, kaba dll.
•    Secara umum fungsinya sama dengan saluang
Organologi:
•    kerangka perutnya terbuat dari kayu nangka, batang dari banbu(takang)
•    senar berjumlah 2 buah, terbuat dari benang.

2.    Rebab Pariaman
Organologi:
•    kerangka perut terbuat dari batok kelapa yang dibelah bagian yang dibelah itu ditutup dengan kulit (perut bagian dalam sapi).
•    senarnya terbuat dari benangdan berjumlah 3 buah.

3.    Rebab Pasisie
Berkembang di pesisir selatan minangkabau.

Organologi:
•    Bentuk fisiknya mirip dengan biola,
•    Memiliki 4 buah senar, senar 1 – 3 terbuat dari kawat, sedangkan senar 4 dari benang.
•    Umumnya mengiringi jenis dendang kaba.


4.    INSTRUMEN PETIK
Eksistensinya tidak begitu menonjol dan jarang dipakai dalam berbagai pertunjukan

1.    Genggong
Organologi:
•    Bentuk fisiknya mirip dengan busur panah. Kerangkanya terbuat dari kawat.
•    Di tengah-tengahnya terdapat kawat kecil (dawai) yang berfungsi sebagai sumber suara.
•    Resonatornya memanfaatkan rongga mulut dan hanya dapat menghasilkan satu jenis suara.

2.    Kacapi
Berkembang di daerah matur dan payakumbuh.
Organologi:
•    Terbuat dari kayu tipis (triplek) serta memiliki 3 buah senar.
•    Cara memainkannya dipetik dengan jari-jari kanan dan jari kiri memainkan melodi dengan cara menengkep tuts-tuts sesuai dengan melodi dendang yang dibawakan
Contoh Gambar Kacapi Minangkabau:

KEBERADAAN KESENIAN MINANGKABAU

Hal yang penting keberadaan kesenian minangkabau itu dipengaruhi oleh dua wilayah diantaranya Wilayah Darek, dan Wilayah Pasisie. Yang mana dikedua wilayah Daerah ini memanifestasikan lingkungan alamnya , sehingga dapat mempengaruhi karakter kesenian terutama dalam kesenian musik.
    Walaupun  secara metafisik dalam kedua wilayah ini terdapat segi kebudayaan yang berbeda, tetapi mereka memegang teguh dalam falsafah hidup yang sama, yaitu: “ Alam takambang jadi Guru”artinya alam dijadikan sebagai suritauladan dalam pergaulan sosial masyarakat.
a.    Wilayah Daerah Darek
    Mencerminkan masyarakat yang ulet dan aktif menggarap lahan pertaniannya dengan   pergantian musim hujan dan kemarau yang ajeg/cepat. Situasi ini ikut membentuk  karakter musik yang atraktif dan lincah.
Dalam berguru pd alam, mereka selalu menyimak berbagai peristiwa alam dan mengambil tamsil/Perumpamaan  pantulannya. Dari itu lahir sebuah ungkapan rasa alam pegunungan yg berbunyi:

“Liek pandangilah dek mandeh…..
Untuang nan bak padi salibu
Tahun talampau badan tumbuah
Urek bagantuang ka jarami
Tumbuah di bancah kakariangan”
     “ babungo di ujuang musim, babuah di ikua taun
      kok tumbuah musim paneh, buah mudo pianggang banyak
      dijua indak rang mambali, ditaruah apo kagunonyo
      tampan katingga di jarami, mungkin kajadi luluak sajo
      rangkiang tinggi dicinto juo…..”

Artinya:
Lihat pandangilah oleh ibu…
Nasib seperti padi salibu
Tahun terlampau badan tumbuh
Urat bergantung ke jerami
Tumbuh di rawa kekeringan
 berbubga di ujung musim, berbuah di ekor tahun
kalau datang musim panas, buah muda wereng banyak
 dijual tidak orang beli, disimpan tidak ada gunanya
alamat akan tinggal di jerami, mungik akan menjadi lumpur saja
rangkiang (tempat menyiman padi) tinggi diharap juga…”

 
b.    Wilayah Daerah Pesisie/Pesieir

    Mamanifestasikan lingkungan nelayan yg pergi melaut setiap malam dengan perasaan pasrah,dalam menghadang ganasnya samudera yg sewaktu-waktu dapat  menenggelamkan mereka. Suasana ini dapat  pula mempengaruhi  karakter musiknya yang  cenderung melodis dan mendayu-dayu.
Dan lahirlah sebuah ungkapan rasa orang-orang Daerah Pesisir:
Kami sapantun biduak ketek
Balaiah manapi-napi, katangah takuik di galombang
Riak juo alun balun taduah, ombak mamacah suok-kida
Dicaliak langik lah tabaliak, dipandang bumi lah tatungkuik
Raso kataban alam nangko
Walau kaangok-angok ikan, walau kajiwo-jiwo patuang
Haram lillah babaliak pulang…
Bakayuah jo tapak tangan, bagalah jo jari manih
Namun pulau dihadang juo…..

    Alat Musik yang terdapat di Wilayah Darek diantaranya:
•    Saluang Darek
•    Saluang Sirompak:  keberadaanya tidak begitu Populer, karena anggapan masyarakat minang terdapat unsur magisnya.
•    Saluang Sampelong: sama halnya dengan saluang sirompak, karena ada unsur magisnya sehingga tidak populer.
•    Sarunai
•    Rebab Darek

    Sistem Tangga Nada
•    Sistem tangga nada musik Minangkabau secara Umum adalah:
  1 1/7.1.1.1 1/7
Termasuk dalm kelompok Pentatonis.


Seorang Ilmuan  bernama M. Kadir membagi Pentatonis menjadi 2 bagian:
1.    Pentatonis tua (Jalua Bukik)
yangterdapat pada:
a.    Sampelong dengan urutan Nadanya: 5,6,1,2, dan 3
b.    Sirompak dengan urutan nadanya 4,6,1,2, dan 3dengan sistem nadanya 1. 1 ½ . 1. 1
2.    Pentatonis Muda
Urutan Nada-nadanya mendekati Diatonis.
Adapun sistem tangga nadanya:
1 1/7. 1. 1. 1 1/7 dan 1. 1. ½ . 1 kedua nada tersebut terdapat di saluang Darek sarunai dan Darek.

TANGGA NADA    URUTAN NADA DAN PERBANDINGANNYA    Jumlah(cents)
Jarak nada                    n1   –   n2   –   n3   –   n4   –   n5   
Minor Harmonik                       300    :   200  :   200  :  300    1000
Saluang                       228,5 :   200  :   200  :  228,5      857
Selisih Jumlah                         71,5 :       0  :       0  :    71,5      143
Perbandingan interval Saluang dengan tangga nada harmonik  sebagai berikut:

Jumat, 23 Maret 2012

SENI SEBAGAI MEDIA DAKWAH

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang penulisan
Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang mengajak dan memerintah kepada umatnya untuk selalu menyebarkan dan menyiarkan agama islam kepada seluruh umat manusia. Era informasi dan Globalisasi adalah 2 hal yang sering di sebut-sebut pada zaman sekarang ini. Adanya tekhnologi yang canggih misalnya computer,televise, radio dan bahkan internet dapat berperan penting terhadap penyuksesan dakwah tersebut atau mungkin malah menjadi hambatan dalam berdakwah. Untuk itu kita dalam berdakwah diperlukan adanya siasat cermat dan jitu agar kebudayaan luar yang masuk melalui alat tekhnologi tidak terancam. Maka dari itu kesenian tradisional Indonesia dapat dijadika media dakwah sebagaimana dilakukan oleh Sunan Kali Jaga dan Dalang lainnya yang memamfaatkan Wayang Kulit sebagai alat untuk menyebarkan agama islam.
Konsep dakwah yang strategis dan lumintu, dengan pengelolaan secara profesional yang mampu mengakomodasi segala permasalahan sosial. Di sini, seni dan budaya dapat menjadi metoda atau media dakwah, namun juga menjadi sasaran antara bagi dakwah Islamiyah itu sendiri. Sebagai media atau metoda, seni budaya mempunyai proyeksi yang mengarah  pada  pencapaian  kesadaran  kualitas  keberagamaan  Islam  yang pada gilirannya mampu mernbentuk sikap  dan  perilaku Islami yang tidak  menimbulkan gejolak sosial, tetapi  justru  makin  memantapkan  perkembangan sosial. Sedangkan sebagai sasaran antara, dakwah Islamiyah diarahkan pada pengisian makna dan nilai-nilai Islarni yang integratif ke dalam segala jenis seni dan budaya yang akan dikembangkan.




1.2. PERUMUSAN MASALAH
       Permasalahan yang dikaji dari uraian dan latar belakang di atas sebagai berikut :
1.    Bagaimana  hubungan antara seni dengan dakwah?
2.    Apa fungsi seni  dalam dakwah islam?
3.    Bagaimana fenomena dakwah dilihat dari segi Sosiologinya?
4.    Bagaimana Sejarah perkembangan Kebudayaan Islam?

1.3.  Tujuan Dan Manfaat Penelitian
         Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tersebuta adalah sebagai berikut:
1.    Ingin mngetahui seberapa erat keterkaitan seni dalam dakwah dan,
2.    Ingin mengetahui seni dan dakwah jika dilihat dari segi sosiologi
          Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Secara teoritis penelitian ini dijadikan sebgai tolak ukur kehidupan brkesian dengn dkwah yang religious.
2.    Secara Praktis penelitian ini sebagai penunjang kegiatan akademis yang sedang di jalani.
1.4.  Sistematika Penulisan
 Sistematika penulisan dibuat untuk memberi arahan secara singkan sebagai berikut ;
BAB I  Pendahuluan
 Dalam bab ini di jelaskan mengenai latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan serta sistematika penulisan
BAB II  Landasan teori
Berisi tentang deskripsi teori,  analisis dan memuat juga tentang hipotesis.  


BAB III  Seni Sebagai Media Dakwah
Berisi tentang hal yang mncakup ke dalam seni yang berperan sebagai media dakwah
BAB  IV  Penutup
Berisi tentang kesimpulan, krtitik serta saran dan penutup
Daftar Pustaka


















BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Seni
Seni adalah ide, gagasan, persasaan, suara hati, gejolak jiwa, yang diwujudkan atau di  expresikan, melalui unsur unsur tertentu, yang bersifat indah untuk memenuhi kebutuhan manusia walaupun banyak juga karya seni yang digunakan untuk binatang. Seni indah menurut ukuran yang menkmati. Pendapat seni menurut para ahli:
1.    Menurut Alexander Baum Garton Seni adalah keindahan dan seni adalah tujuan yang     positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan.
2.    Emanuel Kant Seni adalah sebuah impian karena rumus-rumus tidak dapat mengihtiarkan kenyataan.
3.    Menurut Leo Tolstoy Seni adalah menimbulkan kembali perasaan yang pernah dialami.
4.    Menurut Aristoteles Seni adalah bentuk pengungkapannya dan penampilannya tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu adalah meniru alam
5.    Ki Hajar Dewantara Seni merupakan hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan persasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu seni.

2.2 Pengertian Dakwah
Da'wah Secara lughawi berasal dari bahasa Arab, da'wah yang artinya seruan, panggilan, undangan.Secara istilah, kata da'wah berarti menyeru atau mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh berbuat kebajikan dan melarang perbuatan munkar yang dilarang oleh Allah Swt. dan rasul-Nya agar manusia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

2.3 Macam-macam Dakwah
Macam-Macam Dakwah (berdasarkan media yang dipakai)
•    Dakwah bil Lisan
Dakwah jenis ini dilakukan secara lisan atau langsung diungkapkan dengan kata-kata. Dakwah seperti ini biasanya dalam bentuk ceramah, khutbah, pengajian.
•    Dakwah bil al-Hal
Dakwah bil al-Hal ini dilakukan dengan cara memberi contoh perbuatan yang nyata tentang apa yang ingin disampaikan melalui dakwah. Dengan demikian, diharapkan orang yang melihat akan mengikuti dan mencontoh apa yang mereka lihat.
Misalnya, juru dakwah memberi contoh untuk bersedekah, maka si penerima dakwah akan mencontoh perbuatan itu dan ikut bersedekah.
•    Dakwah bit Tadwin
Dakwah jenis ini dilakukan dengan media tulisan, baik tulisan cetak maupun media elektronik. Contoh dari dakwah jenis ini adalah penerbitan/perbanyakan kitab suci Al-Quran, kumpulan hadits, dll. Sehingga tulisan dakwah ini bisa dibaca oleh siapa saja.
Tak hanya itu, saat ini banyak pula tulisan dakwah yang menggunakan media koran, majalah, maupun internet. Banyak tulisan-tulisan yang intinya mengajak untuk beriman pada Allah SWT secara benar, dan diterbitkan dalam media-media tersebut.
Keuntungan dari dakwah jenis ini adalah apa yang menjadi isi dakwah akan bisa terus dibaca oleh orang bahkan berulang-ulang dibaca, walaupun juru dakwah telah meninggal dunia.
Macam-Macam Dakwah (berdasarkan cara penyampaiannya)
•    Dakwah Fardiah
Dakwah ini biasanya dilakukan tanpa persiapan (spontanitas). Dakwah ini pun biasanya ditujukan pada satu orang maupun kelompok kecil yang hanya berjumlah beberapa orang. Contoh dakwah dengan metode ini adalah menegur dan menasehati seorang teman saat ia lalai akan sesuatu.
•    Dakwah Ammah
Berbeda dengan dakwah fardiah, dakwah jenis ini ditujukan kepada kelompok besar yang berjumlah banyak orang dengan cara lisan. Misalnya ceramah atau pidato, yang bertujuan untuk menanamkan suatu pengaruh pada siapapun yang mendengar dakwahnya. Pelaku dakwah pun bisa perseorangan ataupun suatu kelompok dalam lembaga organisasi tertentu.
•    Dakwah bil Hikmah
Dakwah yang satu ini adalah jenis dakwah persuasif yang halus. Bisa dilakukan melalui lisan, perbuatan, maupun tulisan. Ciri dakwah bil hikmah adalah tidak ada suruhan atau perintah yang mengharuskan penerima dakwah berbuat sesuatu. Walau dasarnya adalah mempengaruhi seseorang, dakwah ini dilakukan dengan pendekatan yang sangat halus sehingga kemungkinan terjadi konflik sangat minim sekali. Tujuan dari dakwah jenis ini adalah si penerima dakwah bisa mengikuti ajakan si juru dakwah tanpa merasa terpaksa dan atas kemauan diri sendiri.
Contoh dakwah seperti ini misalnya menceritakan bagaimana kengerian saat kiamat terjadi, siapa yang akan celaka dan siapa yang akan selamat pada hari setelah kiamat nanti.
Setelah mendengar cerita ini, si penerima dakwah diharapkan bisa mengambil kesimpulan dan bisa memutuskan, apakah ia akan beriman pada Tuhan atau tidak.









BAB III
SENI SEBAGAI MEDIA DAKWAH

3.1    Seni sebagai media dakwah dilihat dari segi sosiologinya                  
Dakwah Islam pada dasarnya ialah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw, namun bentuk dan cara penyampaiannya berlainan, yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar.  Dakwah dapat dilaksanakan dengan berbagai metode, seperti: ceramah, diskusi, tanya jawab, keteladanan serta dapat pula dilaksanakandengan berbagai media, seperti: seni ketoprak, seni ludruk, seni wayang, seni teater dan lain-lain. Dengan demikian bagi juru dakwah untuk mempermudah menyampaikan dakwah dan juga agar mudah dipahami oleh sasaran dakwah, maka sebaiknya dakwah dilakukan dengan menggunakan media yang sudah ada, hal ini untuk menyesuaikan keadaan masyarakat tidak sama satu sisi sudah maju dan di sisi lain masih ketinggalan. Oleh karena itu dalam berdakwah walaupun menggunakan media modern namun sudah menghilangkan media tradisional yang masih dapat digunakan dengan baik, sehingga dalam berdakwah penggunaan media tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat setempat.
Oleh karena keadaan lingkungan masing-masing masyarakat itu tidak selalu sama, maka materi harus berfariasi menyesuaikan keadaan dimana pelaku dakwah haruslah mencari masalah-masalah yang dihadapi, media dan sekaligus memikirkan pemecahannya yang nantinya menjadi bahan pembicaraan dalam berdakwah. Materi dakwah adalah ajaran Islam, yang dikenal sebagai ajaran dakwah.Ajaran-ajaran Islam inilah yang wajib disampaikan kepada umat manusia dan mengajak mereka agar menerima dan mengikutinya.Diharapkan agar ajaran-ajaran Islam benar-benar diketahui, dipahami, dihayati, dan diamalkan, sehingga mereka hidup dan berada dalam kehidupan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajaran Islam. Seni merupakan media yang mempunyai peran yang amat penting dalam pelaksanaan dakwah Islam, karena media tersebut memiliki daya tarik yang dapat mengesankan hati bagi pendengar maupun penontonnya. Terbukti, karena keindahan seni dalam bahasa Al-Qur’an yang terlantunkan oleh adiknya Umar bin Khatab bergetar hatinya untuk masuk Islam.
Demikian juga dengan penyebaran agama Islam di pulau Jawa dapat tersebar luas serta diterima oleh masayarakat karena para Walisongo sebagai da’i menggunakan bentuk-bentuk seni dari budaya masyarakat setempat sebagai salah satu media dakwah pada waktu itu, yaitu media wayang dan gamelan. Menurut Abdurrahman Al Baghdadi, definisi seni yaitu penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantara alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis) dan dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari / drama).
Seni merupakan bentuk keindahan yang tampak nyata yang langsung dapat dinikmati oleh manusia. Oleh karena itulah, orang beriman menyukai keindahan dalam bentuk yang tampak dan yang ada disekelilingnya, karena semua itu adalah jejak yang membekas dari keindahan Allah SWT. Adapun pendekatan dan pengembangan dakwah yang digunakan oleh Walisongo sesuai dengan media dakwah setempat yang sedang digandrungi oleh masyarakat, yaitu wayang. Para Wali melihat kesenian wayang sebagai media komunikasi dan interaksi yang sangat mampu terhadap pola pikir masyarakat. Kesenian wayang orang kemudian dimodifikasi dan disesuaikan oleh para Wali dengan konteks dakwah (di Islamkan).
Sehingga dengan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dapat tersebar luas serta diterima oleh masyarakat karena Walisongo menggunakan bentuk-bentuk kesenian dari budaya masyarakat setempat sebagai salah satu media dakwah yaitu media wayang dan gamelan. Dengan media itu mudah ditangkap oleh masyarakat yang awam karena pendekatan-pendekatan Walisongo yang konkrit dan realistis, dan menyatu dengan kehidupan masyarakat.
Melihat kenyataan yang sedemikian maka kesenian memiliki peranan yang tepat guna sehingga dapat mengajak kepada khalayak untuk menikmati dan menjalankan isi yang terkandung  didalamnya.  Dalam  konteks keilmuwan dakwah yang digunakan Islam dengan metode kesenian adalah salah satunya dengan menggunakan lagu-lagu shalawt rebana, nasyid, pop, dangdut dan lain-lain. Mengapa dapat dikatakan sebagai media dakwah, karena syair yang terpancar/digunakan bernilai/bermuatan dakwah, sehingga dapat dikatakan bahwa seni bisa sebagai ajang untuk berdakwah. Perlu diperhatikan, sebagai salah satu alternatif dalam penempatan seni sebagai media dakwah adalah, usaha menelusuri jati diri atau kreatifitas seni Islam, dengan memadukan rasa, cipta dan karsa sebagai aspek budaya dengan jiwa Islam.

3.2 Perjalanan Sejarah Kesenian Islam
Awal perkembangan kesenian Islam mencapai puncak keemasaanya pada zaman Dinasti Ummayah hingga akhirnya menempatkan Baghdad sebagai pusat peradaban dunia. Dalam Islam pada masa itu, kesenian bukan hanya sebagai hiburan, tapi sudah menjadi ilmu pengetahuan yang terus diselidiki dan bagian dari ritual ibadah. Bahkan beberapa alat musik yang sekarang banyak digunakan di dunia berasal dari dunia kesenian Islam dan banyak karya dari seniman dunia Arab masa lalu yang menjadi acuan bagi Seniman dunia barat dan belahan dunia lainnya.
Dari Madinah hingga Nusantara  Seni dan peradaban ibarat dua sisi mata uang. Tenggelam dan bersinar beriringan. Inilah salah satu teori yang tercantum dalam risalah Al-Muqadimah karya Ibnu Khaldun. Teori ilmuwan muslim yang hidup pada abad ke-14 Masehi itu tepat berlaku pada perkembangan seni Islam, terutama seni suara dan musik.
Musik Arab yang awalnya sangat sederhana, berkembang menjadi musik yang kaya warna seiring dengan kemajuan pemerintahan Islam di masa Dinasti Ummayah. Ketika itu, Madinah dan Damaskus menjadi pusat kebudayaan Islam. Dari kedua kota ini, kegiatan penerjemahan kitab-kitab seni musik Persia dan Yunani ke dalam bahasa Arab gencar dilakukan.
Menurut Ali Hasmy dalam bukunya, Sejarah Kebudayaan Islam, tradisi pengkajian dan permainan musik semakin berkembang pada era Dinasti Abbasiyah, terutama ketika khalifah Al-Ma`mun berkuasa. Para khalifah Abbasiyah (650 M -1256 M) mensponsori para penyair dan musisi. Kesultanan mendirikan sekolah-sekolah musik di berbagai kota dan daerah, baik sekolah tingkat menengah maupun sekolah tingkat tinggi. Sekolah musik yang bagus dan berkualitas tinggi adalah yang didirikan oleh Sa`id `Abd-ul-Mu`min (wafat pada 1294 M).Ali Hasmy menjelaskan, salah satu alasan pengembangan banyak sekolah musik oleh Daulah Abbasiyyah adalah karena keahlian menyanyi dan bermusik menjadi salah satu syarat bagi pelayan (budak), pengasuh, serta dayang-dayang di istana dan di rumah pejabat negara, untuk mendapatkan pekerjaan. Karena itu, telah menjadi suatu keharusan bagi
para pemuda dan pemudi untuk mempelajari musik.  Hasilnya, teoritikus musik, pakar-pakar estetika, dan sastrawan masyhur bermunculan.  Di antara pengarang teori musik Islam yang terkenal adalah Yunus bin Sulaiman al-Khatab, yang tercatat sebagai pengarang musik pertama dalam Islam. Kitab-kitab karya pengarang yang meninggal 785 M banyak menjadi rujukan musisi-musisi Eropa.
Lalu ada Khalil bin Ahmad, yang mengarang buku teori musik mengenai not dan irama. Tak ketinggalan, Ishak bin Ibrahim al-Mausully, yang berhasil memperbaiki musik Arab jahilliyah dengan sistem baru sehingga mendapat julukan Imam-ul-Mughanniyin (Raja Penyanyi). Juga ada matematikawan dan filsuf muslim terkemuka, Al-Kindi, yang mengarang 15 risalah tentang musik. Bahkan Al-Kindi adalah orang pertama yang menyebut kata musiqi dalam judul bukunya.
Munculnya seniman dan pengkaji musik di dunia Islam menunjukkan jika umat Muslim tidak hanya melihat musik sebagai hiburan. Melainkan musik menjadi bagian dari ilmu pengetahuan yang dikaji melalui teori-teori ilmiah. Mereka juga mengarang kitab-kitab musik baru dan melakukan penambahan,  penyempurnaan, serta pembaharuan, baik dari segi alat-alat instrumen maupun dengan sistem dan teknisnya.   Buku-buku yang ditulis para cendekiawan muslim itu mencakup masalah  pengertian yang luas tentang musik, asas-asas estetika Islam, dan teori musik. Ada juga yang mengurai instrumen musik dan penggunaannya, tilawah dan qira`fah,  hingga tata tertib sama` (konser musik kerohanian).
Para sastrawan masa itu banyak melahirkan karya besar, Bahkan mereka juga memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan sastra pada masa pencerahan di Eropa. Tak mengherankan bila Baghdad, ibu kota kekhalifahan Abbasiyah, tak hanya tampil sebagai pusat kebudayaan Islam, melainkan juga pusat peradaban dunia. Para penguasa pemerintahan Islam di Baghdad pun pergi ke Kordoba, Spanyol, untuk memberikan dukungan kepada musisi dan perkembangan musik di sana. Alat musik pun banyak bermunculan.  Bahkan, berkembang di luar wilayah Islam. Misalnya oud, yang berbentuk setengah  buah  pir, berisi 12  string.  Di Italia, oud menjadi il luto. Di Jerman, alat musik ini menjadi bernama laute. Di Prancis disebut le luth dan di Inggris dinamai lute. Rebab, yang merupakan bentuk dasar biola, menyebar dari Spanyol ke Eropa dengan nama rebec. Rebana, instrumen musik asli Arab, juga diadaptasi dunia Barat.Rebana terbuat dari kayu dan perkamen. Hingga saat ini, rebana masih digunakan di berbagai belahan dunia saat bermusik. Perkembangan musik dan alat musik ini ditopang pula oleh kegiatan yang biasanya diselenggarakan di istana. Masa keemasan peradaban Islam terbentang selama kurang lebih 500 tahun, sejak abad ke-8 Masehi hingga abad ke-13 Masehi.Wilayahnya meliputi Eropa Selatan, Afrika Utara, Timur Tengah, dan Asia Selatan. Setelah itu, peradaban Islam mulai mengalami kemunduran seiring dengan kehancuran Baghdad sebagai pusat kebudayaan Islam oleh bangsa Mongol. Juga oleh Perang Salib yang menandai peralihan pusat peradaban ke Eropa. Saat bersamaan, dakwah Islam di Nusantara mulai berkembang intensif.  Berbeda dengan penyebaran di wilayah di masa keemasan yang kental dengan motivasi politis dan penguasaan wilayah, penyebaran Islam di Nusantara dimotori oleh para pedagang. Selama berniaga, para pedagang dari daratan Timur Tengah ini hidup membaur dengan penduduk setempat.
Lewat pergaulan ini, musik ala padang pasir mulai dikenal di Indonesia. Rebana, menjadi alat musik paling dominan dalam memunculkan kesenian Islam Nusantara beraroma Arab seperti terbangan, gambus, kasidah, dan hadrah. Selain rebana, rebab juga ikut mewarnai kesenian Nusantara dengan ditambahkan sebagai pengiring gamelan yang mulai berkembang di Jawa sejak masuknya agama Hindu dan Budha. Malah, dalam gamelan Jawa, fungsi rebab tidak hanya sebagai pelengkap untuk mengiringi nyanyian sinden, melainkan menjadi pembuka dan menuntun arah lagu sinden.
Menurut penyair dan pengamat seni Islam, Abdul Hadi WM, pemakaian rebab dalam gamelan Jawa menandai pengaruh musik sufi, yaitu instrumen nay, seruling vertikal dengan lubang tipan di ujungnya. Seruling ini bila ditiup mengeluarkan bunyi seperti ratapan pokok bambu di hutan yang tertiup angin.
Ratapan itu berperan membuka selubung jiwa dari kepiluannya dan membawanya menuju keriangan spiritual. Ini, misalnya, dapat disaksikan dalam upacara sama` tarekat Maulawiyah, sering disebut dengan julukan The Whirling Dervish, yang didirikan Jalaluddin Rumi. Fungsi nay sebagai pembuka inilah yang diperankan rebab dalam gamelan Jawa. Abdul Hadi menjelaskan,  adalah Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga yang menerapkan asas-asas estetika sufi ke dalam penggunaan instrumen gamelan. Sunan Bonang menjadikan gamelan sebagai sarana kontemplasi (tafakur) dan pembebasan jiwa (tajarrud) dari kungkungan dunia material. Pemakaian asas-asas inilah yang lantas membedakan gamelan Jawa dan Madura dengan gamelan Bali yang bertahan sebagai gamelan Hindu.
Sembilan tokoh penyebar Islam di Jawa atau Wali Sanga memang dikenal dengan model dakwah yang memanfaatkan budaya lokal. Tak mengherankan bila para wali ini juga mempunyai kemampuan seni tinggi. Ensiklopedi Musik Indonesia menyebutkan Sunan Kalijaga sebagai seniman paripurna, karena selain mubalig ia juga ahli wayang, ahli karawitan, dan pencipta gending.
Kiai bernama asli Raden Mas Said ini menciptakan empat tokoh punakawan Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong, yang berasal dari bahasa Arab yaitu Simar, Fatruk, Nalagarin, dan Bagha. Ia juga membuat perangkat gending, yaitu kenong, kimpul, kendang, dan genjur. Kemampuannya mencipta lagu untuk sarana dakwah Islam pun tak diragukan.Tembang Ilir-ilir dan Dandanggula adalah bukti kepiawaiannya merangkai syair tentang ajaran Islam di Jawa. Jejak pemakaian kesenian sebagai sarana penyebaran Islam juga terekam di tanah Sunda, yang memiliki musik tradisional angklung. Sekitar abad ke-16, warga Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Garut, Jawa Barat, memanfaatkan kesenian angklung gubrag badeng untuk menyebarkan Islam. Warga desa ini baru pulang dari belajar Islam dari Kerajaan Demak. Sebelumnya, kesenian dengan sembilan angklung sebagai alat musik utama, dimainkan sebagai pemujaan untuk Dewi Sri dalam ritual penanaman padi. Pengaruh Islam tampak dengan pemakaian dua terbang (rebana) dan penambahan bahasa Arab d dalam syairnya. Isi syairnya juga memuat nilai-nilai Islami dan nasihat-nasihat baik. Lagu-lagu badeng yang terkenal, antara lain, Lailahaileloh, Ya`fti, Kasreng, Yautike, Lilimbungan, dan Solaloh.
Selain melalui seni musik dan seni suara,  pengaruh Islam di Indonesia juga terlihat melalui seni tari. Salah satu wilayah yang paling banyak mempunyai ragam tarian bernapaskan Islam adalah Aceh.Tarian paling populer adalah saman, ciptaan Syekh Saman, seorang ulama penyebar Islam di Aceh abad ke-14 Masehi. Awalnya, tarian itu hanya berupa permainan rakyat yang disebut pok ane-ane.Melihat permainan yang amat populer di tengah masyarakat kala itu, Syekh Saman pun menyisipkan ajaran tauhid dan nilai-nilai Islam ke dalam syair-syairnya. Dahulu, tari saman biasa digelar di kolong-kolong meunasah alias surau yang berbentuk bangunan panggung. Para penarinya awalnya semua kaum lelaki.Tujuannya, agar mereka dapat salat tepat waktu. Belakangan, kaum perempuan juga menarikannya dengan mengambil tempat di atas meunasah atau di bagian khusus masjid tempat salat kaum Hawa.
Pengamat sejarah Gayo, Wahab Daud, menyebutkan bahwa dalam perkembangannya, tari saman banyak mengalami perubahan.Sesuai dengan kondisi perang yang pernah melanda Aceh, syairnya pun dibumbui dengan kalimat yang memberi semangat jihad. Maka, pada masa penjajahan Belanda, tarian ini sempat dilarang pemerintah kolonial karena dinilai mengandung semangat perlawanan.
Pengajar tari Aceh di Institut Kesenian Jakarta, Marzuki Hasan, menyebut tari saman Gayo sebagai satu dari sekian banyak jenis tarian duduk yang ada di Aceh. Polanya memang sama, para penari duduk berbanjar dalam posisi seperti tahiyat awal atau duduk antara dua sujud dalam salat. Gerakan intinya juga sama: gerakan tangan, gerakan badan, dan gelengan kepala seperti tengah berzikir.
Marzuki menyebut juga beberapa tari duduk lainnya yang dikenal di Aceh, seperti saman lukob, ratoh duk, likok pulo, rabbani, rapai geleng, ratoh bantai, dan likei anggok.Sedangkan tari saman yang khusus dimainkan oleh kaum perempuan dikenal dengan tarian rateb meuseukat.
Tari saman, yang sedang diusulkan untuk mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya nirbenda Nusantara, juga menjadi contoh kesenian Islam yang masih bertahan hingga kini.Seperti saman, kuntulan Osing Banyuwangi, rudat, marawis, zafin, dan rebana juga masih eksis. Namun beberapa seni Islam lain seperti kasidah, burdah, gambus, mawalan, dan sambra mulai tergerus zaman karena regenerasinya nyaris berhenti. Memang,  mempertahankan seni budaya tradisional dan Islami bukan hal mudah di tengah serbuan budaya pop Barat yang cenderung mengabaikan dan merusak akhlak keislaman. Penampilan mengumbar syahwat, syair tak senonoh, hingga minuman keras menjadi hal biasa dalam pertunjukan musik di Indonesia. Karena itu, kehadiran beberapa aliran, grup musik, dan musisi Islam masa kini, seperti Debu, Opick, Snada, dan Haddad Alwi, layak mendapat apresiasi. Dan banyak Ponpes-ponpes yangi meniru langkah Wali Songo lima abad silam yang menyebarkan syiar Islam melalui kesenian local.








BAB IV
PENUTUP

4.1.1 Kesimpulan
Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang mengajak dan memerintah kepada umatnya untuk selalu menyebarkan dan menyiarkan agama islam kepada seluruh umat manusia. Seni merupakan media yang mempunyai peran yang amat penting dalam pelaksanaan dakwah Islam, karena media tersebut memiliki daya tarik yang dapat mengesankan hati bagi pendengar maupun penontonnya. Terbukti, karena keindahan seni dalam bahasa Al-Qur’an yang terlantunkan oleh adiknya Umar bin Khatab bergetar hatinya untuk masuk Islam.
Demikian juga dengan penyebaran agama Islam di pulau Jawa dapat tersebar luas serta diterima oleh masayarakat karena para Walisongo sebagai da’i menggunakan bentuk-bentuk seni dari budaya masyarakat setempat sebagai salah satu media dakwah pada waktu itu, yaitu media wayang dan gamelan.  Dalam konteks keilmuwan dakwah yang digunakan Islam dengan metode kesenian adalah salah satunya dengan menggunakan lagu-lagu shalawt rebana, nasyid, pop, dangdut dan lain-lain. Mengapa dapat dikatakan sebagai media dakwah, karena syair yang terpancar/digunakan bernilai/bermuatan dakwah, sehingga dapat dikatakan bahwa seni bisa sebagai ajang untuk berdakwah. Perlu diperhatikan, sebagai salah satu alternatif dalam penempatan seni sebagai media dakwah adalah, usaha menelusuri jati diri atau kreatifitas seni Islam, dengan memadukan rasa, cipta dan karsa sebagai aspek budaya dengan jiwa Islam.
Awal perkembangan kesenian Islam mencapai puncak keemasaanya pada zaman Dinasti Ummayah hingga akhirnya menempatkan Baghdad sebagai pusat peradaban dunia. Dalam Islam pada masa itu, kesenian bukan hanya sebagai hiburan, tapi sudah menjadi ilmu pengetahuan yang terus diselidiki dan bagian dari ritual ibadah.Bahkan beberapa alat musik yang sekarang banyak digunakan di dunia berasal dari dunia kesenian Islam dan banyak karya dari seniman dunia Arab masa lalu yang menjadi acuan bagi Seniman dunia barat dan belahan dunia lainnya.

4.1 Kritik dan Saran
•    Kritik
Kurangnya pemeliharaan terhadap nila kesenian yang seharusnya menjai dampak baik tetapi berubah menjadi hambatan.
•    Saran 
Sebaiknya kesenian tradisional Indonesia diwajibkan untuk beberapa acara sehingga akan terus terjaga, terlebih kesenian islam.
4.2 Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan - kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.






Kamis, 22 Maret 2012

MATA DAN HATI

oleh: miftah FM

Bintang berkeduip-kedip
malam gelap-gulita
bintang terangkah?
malam gelapkah?

Bintang...
kau begitu anggun dengan kilaumu
kau selalu dijadikan impian dan harapan
jiwamu begitu kecil dalam kasat mataku
tapi, jiwamu agung diantara tataran surya ini

bintang...
aku tak bisa melihatmu disiang bolong
atau hanya mataku yang begitu jauh dengan mu
tapi, aku yakin kau selalu bercahaya
hingga kiamat tiba

bintang...
mataku buta bila malam tiba
diriku tersesat dan terperangkap
oleh jaring gelapnya

bintang...
aku takut dengan kegelapan
tapi mataku tidak
mataku asyik dengan warna-warni lampu diskotik
mataku terpesona dengan wnita-wanita malam

bintang...
mana cahayamu?
kemana kau pergi
aku bisa melihat bila ada cahayamu
bintang? bintang..." bintang...!!!"

ya allah!
ternyata aku mendustakan- Mu
aku lalai dari perintah-Mu
aku jauh dari hidayah-Mu
aku hilaf bila mata ini teperangkap oleh dunia
aku lupa bila mata ini terhalang oleh kabut maksiat
aku lupa bila hati ini terbakar oleh nafsu
dan aku lupa mata ini tak bisa melihat hati

Bandung, 22 maret 2012
STSI bandung.

BIOGRAFI DAN SAJAK-SAJAK WS. RENDRA



Nama:
WS Rendra

Nama Lengkap:
Willibrordus Surendra Broto Rendra

Lahir:
Solo, 7 Nopember 1935

Agama:
Islam

Istri:
Ken Zuraida

Pendidikan:
- SMA St. Josef, Solo
- Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
- American Academy of Dramatical Art, New York, USA (1967)

Karya-Karya
Drama:
- Orang-orang di Tikungan Jalan
- SEKDA dan Mastodon dan Burung Kondor
- Oedipus Rex
- Kasidah Barzanji
- Perang Troya tidak Akan Meletus
- dll

Sajak/Puisi:
- Jangan Takut Ibu
- Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
- Empat Kumpulan Sajak
- Rick dari Corona
- Potret Pembangunan Dalam Puisi
- Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
- Pesan Pencopet kepada Pacarnya
- Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan)
- Perjuangan Suku Naga
- Blues untuk Bonnie
- Pamphleten van een Dichter
- State of Emergency
- Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
- Mencari Bapak
- Rumpun Alang-alang
- Surat Cinta
- dll

Kegiatan lain:
Anggota Persilatan PGB Bangau Putih

Penghargaan:
- Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (1957)
- Anugerah Seni dari Departemen P & K (1969)
- Hadiah Seni dari Akademi Jakarta (1975)
SAJAK SEBATANG LISONG

menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langit
dua tiga cukung mengangkang
berak di atas kepala mereka

matahari terbit
fajar tiba
dan aku melihat delapan juta kanak - kanak
tanpa pendidikan

aku bertanya
tetapi pertanyaan - pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet
dan papantulis - papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan

delapan juta kanak - kanak
menghadapi satu jalan panjang
tanpa pilihan
tanpa pepohonan
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya
..........................

menghisap udara
yang disemprot deodorant
aku melihat sarjana - sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiunan

dan di langit
para teknokrat berkata :

bahwa bangsa kita adalah malas
bahwa bangsa mesti dibangun
mesti di up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

gunung - gunung menjulang
langit pesta warna di dalam senjakala
dan aku melihat
protes - protes yang terpendam
terhimpit di bawah tilam

aku bertanya
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair - penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementara ketidak adilan terjadi disampingnya
dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan
termangu - mangu di kaki dewi kesenian

bunga - bunga bangsa tahun depan
berkunang - kunang pandang matanya
di bawah iklan berlampu neon
berjuta - juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau
menjadi karang di bawah muka samodra
.................................

kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing
diktat - diktat hanya boleh memberi metode
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
kita mesti keluar ke jalan raya
keluar ke desa - desa
mencatat sendiri semua gejala
dan menghayati persoalan yang nyata

inilah sajakku
pamplet masa darurat
apakah artinya kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
apakah artinya berpikir
bila terpisah dari masalah kehidupan

RENDRA
( ITB BANDUNG - 19 AGUSTUS 1978 )






























   

SAJAK ORANG LAPAR
Oleh: WS. Rendra

kelaparan adalah burung gagak
yang licik dan hitam
jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam


o Allah !
burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak
selalu menakutkan
kelaparan adalah pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin


kelaparan adalah batu-batu karang
di bawah wajah laut yang tidur
adalah mata air penipuan
adalah pengkhianatan kehormatan


seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah
karena kelaparan
kelaparan adalah iblis
kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran


o Allah !
kelaparan adalah tangan-tangan hitam
yang memasukkan segenggam tawas
ke dalam perut para miskin


o Allah !
kami berlutut
mata kami adalah mata Mu
ini juga mulut Mu
ini juga hati Mu
dan ini juga perut Mu
perut Mu lapar, ya Allah
perut Mu menggenggam tawas
dan pecahan-pecahan gelas kaca


o Allah !
betapa indahnya sepiring nasi panas
semangkuk sop dan segelas kopi hitam


o Allah !
kelaparan adalah burung gagak
jutaan burung gagak
bagai awan yang hitam
menghalang pandangku
ke sorga Mu




















































   
SAJAK RAJAWALI

sebuah sangkar besi
tidak bisa mengubah rajawali
menjadi seekor burung nuri

rajawali adalah pacar langit
dan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pasti
bahwa langit akan selalu menanti

langit tanpa rajawali
adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
tujuh langit, tujuh rajawali
tujuh cakrawala, tujuh pengembara

rajawali terbang tinggi memasuki sepi
memandang dunia
rajawali di sangkar besi
duduk bertapa
mengolah hidupnya

hidup adalah merjan-merjan kemungkinan
yang terjadi dari keringat matahari
tanpa kemantapan hati rajawali
mata kita hanya melihat matamorgana

rajawali terbang tinggi
membela langit dengan setia
dan ia akan mematuk kedua matamu
wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka


























SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA

matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit
melihat kali coklat menjalar ke lautan
dan mendengar dengung di dalam hutan

lalu kini ia dua penggalah tingginya
dan ia menjadi saksi kita berkumpul disini
memeriksa keadaan

kita bertanya :
kenapa maksud baik tidak selalu berguna
kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga
orang berkata : "kami ada maksud baik"
dan kita bertanya : "maksud baik untuk siapa ?"

ya !
ada yang jaya, ada yang terhina
ada yang bersenjata, ada yang terluka
ada yang duduk, ada yang diduduki
ada yang berlimpah, ada yang terkuras
dan kita disini bertanya :
"maksud baik saudara untuk siapa ?
saudara berdiri di pihak yang mana ?"

kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
tanah - tanah di gunung telah dimiliki orang - orang kota
perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja
alat - alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya

tentu, kita bertanya :
"lantas maksud baik saudara untuk siapa ?"
sekarang matahari semakin tinggi
lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
ilmu - ilmu diajarkan disini
akan menjadi alat pembebasan
ataukah alat penindasan ?

sebentar lagi matahari akan tenggelam
malam akan tiba
cicak - cicak berbunyi di tembok
dan rembulan berlayar
tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda
akan hidup di dalam mimpi
akan tumbuh di kebon belakang

dan esok hari
matahari akan terbit kembali
sementara hari baru menjelma
pertanyaan - pertanyaan kita menjadi hutan
atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra

di bawah matahari ini kita bertanya :
ada yang menangis, ada yang mendera
ada yang habis, ada yang mengikis
dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !

RENDRA
( jakarta, 1 desember 1977 )

































































AKU TULIS PAMPLET INI

aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng-iya-an

apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
ketidak pastian merajalela
di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki,
menjadi marabahaya,
menjadi isi kebon binatang

apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan
tidak mengandung perdebatan
dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
aku inginkan merpati pos
aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
aku ingin membuat isyarat asap kaum indian
aku tidak melihat alasan

kenapa harus diam tertekan dan termangu
aku ingin secara wajar kita bertukar kabar
duduk berdebat menyatakan setuju atau tidak setuju

kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan
ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka

matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api
rembulan memberi mimpi pada dendam
gelombang angin menyingkapkan keluh kesah
yang teronggok bagai sampah
kegamangan
kecurigaan
ketakutan
kelesuan

aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
di dalam alam masih ada cahaya
matahari yang tenggelam diganti rembulan
lalu besok pagi pasti terbit kembali
dan di dalam air lumpur kehidupan
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia !

RENDRA
( pejambon - jakarta, 27 april 1978 )

SURAT KEPADA BUNDA
(Sajak Cinta W.S. Rendra)


8 Votes

Mama yang tercinta,
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang yang bagai kau:
Sederhana dalam tingkah dan bicara
Serta sangat menyayangiku

Terpupus sudah masa-masa sepiku
Hendaknya berhenti gemetar rusuh
Hatimu yang baik itu
Yang selalu mencintaiku.
Kerna kapal yang berlayar
Telah berlabuh dan ditambatkan.
Dan sepatu yang berat serta nakal
Yang dulu biasa menempuh
Jalan-jalan yang mengkhawatirkan
Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara
Kini telah aku lepaskan
Dan berganti dengan sandal rumah
Yang tentram, jinak dan sederhana.

Mamma
Burung dara jantan yang nakal
Yang sejak dulu kau pelihara
Kini terbang dan telah menemu jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang yang kau buatkan
Dan tiada akan pulang
buat selama-lamanya

Ibuku,
Aku telah menemukan jodohku
Janganlah engkau cemburu
Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti
Pada waktunya, aku meski kau lepaskan pergi.

Begitu kata alam, begitu kau mengerti:
Bagai dulu bundamu melepas kau
Kawin dengan ayahku melepaskannya
Untuk mengawinimu
Tentulah sangat berat.
Tetapi itu harus. Mamma!
Dan akhirnya tidak akan begitu berat
Apabila telah dimengerti
Apabila telah didasari

Hari Sabtu yang akan datang
Aku akan membawanya kepadamu
Ciumlah kedua pipinya
Berilah tanda salib di dahinya
Dan panggilah dia dengan kata: anakku

Bila malam telah datang
Kisahkan kepadanya
Riwayat para leluhur kita
Yang ternama dan perkasa
Dan biarkan ia nanti
Tidur di sampingmu

Ia pun anakmu
Sekali waktu nanti
Ia akan melahirkan cucu-cucumu
Mereka akan sehat-sehat dan lucu-lucu
Dan kepada mereka
Ibunya akan bercerita
Riwayat yang baik tentang nenek mereka:
Bunda bapak mereka

Ciuman abadi
Dari anakmu yang jauh,







































HAI MA !
Oleh: WS. Rendra

Ma !
Bukan maut yang menggetarkan hatiku
Tetapi hidup yang tidak hidup karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya
Ada malam-malam panjang aku menyusuri lorong panjang tanpa tujuan kemana-mana
Hawa dingin masuk ke badanku yang hampa padahal angin tidak ada
Bintang-bintang menjadi kunang-kunang yang lebih menekankan hadirnya kegelapan
Tidak ada pikiran tidaka ada perasaan tidak ada suatu apa
Hidup memang fana Ma
Tetapi keadaan takberdaya membuat diriku tidak ada
Kadang-kadang aku merasa terbang ke belantara dijauhi ayah bunda
Dan ditolak para tetangga atau aku terlantar di pasar aku berbicara tetapi orang-orang tidak mendengar
Mereka merobek-robek buku dan mentertawakan cita-cita
Aku marah aku takut aku gemetar namun gagal menyusun bahasa
Hidup memang fana Ma
Itu gampang aku terima tetapi duduk menekuk lutut sendirian di sabana membuat hidupku tak ada harganya
Kadang-kadang aku merasa ditarik-tarik orang kesana kemari mulut berbusa sekedar karena tertawa hidup cemar karena basa-basi dan orang-orang mengisi waktu dengan pertengkaran edan yang tanpa persoalan atau percintaan tanpa asmara dan senggama yang tidak selesai
Hidup memang fana tentu saja Ma
Tetapi akrobat pemikiran dan kepalsuan yang dikelola mengacaukan isi perutku lalu mendorong aku menjerit-jerit sambil tertawa kenapa
Rasanya setelah mati berpulangkan takada lagi yang mengagetkan di dalan hidup ini
Tetapi Ma setiap kali menyadari adanya kamu di dalam hidupku ini aku merasa jalannya arus darah di sekujur tubuhku kelenjar-kelenjarku bekerja sukmaku menyanyi dunia hadir cicak di tembok berbunyi tukang kebun kedengaran berbicara kepada putranya hidup menjadi nyata fitrahku kembali
Mengingat kamu Ma adalah mengingat kuwajiban sehari-harikeserhanaan bahasa prosa keindahan puisi-puisi kita selalu asyik bertukar pikiran ya mak masing-masing pihak punya cita-cita masing-masing pihak punya kuwajiban yang nyata

Hai Ma apakah kamu ingat aku peluk kamu diatas perahu ketika kamu sakit dan aku tenangkan kamu dengan ciuman-ciuman di lehermu
Masya Allah aku selalu kesengsem pada bau kulitmu ingatkah waktu itu aku berkata kiamat boleh tiba hidupku penuh makna haahaawah aku memang tidak rugi ketemu kamu di hidup ini dan apabila aku menulis sajak aku juga merasa bahwa kemarin dan esok adalah hari ini bencana dan keberuntumgan sama saja langit di luar langit di badan bersatu dalam jiwasudah ya Ma!

jakarta, juli 92















SAJAK JOKI TOBING UNTUK WIDURI
Oleh: WS. Rendra

Dengan latar belakang gubug-gubug karton,aku terkenang akan wajahmu.
Di atas debu kemiskinan,aku berdiri menghadapmu.
Usaplah wajahku, Widuri.
Mimpi remajaku gugurdi atas padang pengangguran.
Ciliwung keruh,wajah-wajah nelayan keruh,lalu muncullah rambutmu yang berkibaran
Kemiskinan dan kelaparan, membangkitkan keangkuhanku.
Wajah indah dan rambutmumenjadi pelangi di cakrawalaku.

SAJAK WIDURI UNTUK JOKI TOBING

Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir.
Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba.
Orang-orang miskin menentang kemelaratan.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu, kerna wajahmu muncul dalam mimpiku.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamukarena terlibat aku di dalam napasmu.
Dari bis kota ke bis kotakamu memburuku.
Kita duduk bersandingan,menyaksikan hidup yang kumal.
Dan perlahan tersirap darah kita, melihat sekuntum bunga telah mekar, dari puingan masa yang putus asa.

Nusantara Film, Jakarta, 9 Mei 1977

































HUTAN BOGOR

Badai turun di dalam hutan
badai turun di dalam sajak sajak
kuselalu, sayang, aku terkenang kepadamu
sudah jam empat sore hujan jatuh di hutan kenari
semula nampak manis kemudian mendasyatkan
di dalam hujan, mendung dan petirbumi pun nampak fana
Buruk dan basah jenggot pepohonan
lumut lumut didahan, benalu dan paku paku
aku berpikir betulkah aku tidak menipumu?
Didalam hujan bumi dan sajak terasa fana
berhadapan dengan maut
dengan malu
telanjanglah kita
menggapailah tangan tangan kita bagai dahan dahan pepohonan dan beriaklah suara suara dalam perkelahian yang fana
tapi dengan dasyat dahan dahan tetap menggapai
yang penting bukanlah kekalahan ataupun kemenangan tapi bahwa tangan tangan telah di kepalkan biarpun kecapaian
badai turun
di dalam hutan
badai turun
di dalam sajak sajakku.

(Hutan Bogor, WS Rendra)































KU PANGGILI NAMAMU

menyeberangi sepi
kupanggili namamu, wanitaku.
Apakah kau tak mendengarku?
Malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
kerna memberontak terhadap rumah
memberontak terhadap adat yang latah
dan akhirnya tergoda cakrawala.
Sia-sia kucari pancaran sinar matamu.
Ingin kuingat lagi bau tubuhmuyang kini sudah kulupa.
Sia-sia.Tak ada yang bisa kujangkau.
Sempurnalah kesepianku.
Angin pemberontakan
menyerang langit dan bumi.
Dan dua belas ekor serigala
muncul dari masa silam
merobek-robek hatiku yang celaka.
Berulang kali kupanggil namamu
Di manakah engkau, wanitaku?
Apakah engkau juga menjadi masa silamku?
Kupanggili namamu.
Kupanggili namamu.
Kerna engkau rumah di lembah.
Dan Tuhan?
Tuhan adalah seniman tak terduga
yang selalu sebagai sediakala
hanya memperdulikan hal-hal yang besar saja.
Seribu jari masa silam
menuding kepadaku.
Tidak.
Aku tak bisa kembali.
Sambil terus memanggili namamu
amarah pemberontakanku yang suci
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri ke cakrawala
yang sebagai gadis telanjang
membukakan diri padaku
Penuh. Dan prawan.
Keheningan sesudah itu
sebagai telaga besar yang beku
dan aku pun beku di tepinya.
Wajahku. Lihatlah, wajahku.
Terkaca di keheningan.
Berdarah dan luka-luka
dicakar masa silamku.
dari Blues untuk Bonnie








WANITAKU WANITAKU


Wanitaku-wanitaku
gerimis menampar mukaku
dan aku berseru padamu dimanakah kamu wanitaku?
kamu menghilang di belakang hotel
di dalam kabut kuburu kamu
kamu lari ke dalam bis kota
dan lenyaplah kamu untuk selama-lamanya
Aku bernyanyi dikamar mandi
dan tiba-tiba tubuhmu yang telanjang terbayang lagi
apakah kamu mengerti kesepianku?
Sukmaku mengembara kedalam rumahdiantara buku buku gambar-gambar telanjang
meja makan yang berantakan
ranjang yang berbau mimipi
aku menagis
hubungan kita sia-sia
sukmaku menjelma menjadi seekor kucing tua
yang lalu mengembara luput ke dalam perkampungan
sudah sekian lama
sudah berbulan bulan
sudah bertahun tahun
sudah berabad abad
melewati kepulan debu
melewati angin panas
melewati serdadu dan algojo
melewati anjing anjing
aku memburu
memburu
memburu
berburu
berburu diatas harley davidson
mencari sukmaku sukmamu
yang telah lenyap bersama

jogjakarta, desember 71




















KELELAWAR
Oleh: WS. Rendra

Silau oleh sinar lampu lalulintas
Aku menunduk memandang sepatuku.
Aku gentayangan bagai kelelawar.
Tidak gembira, tidak sedih.
Terapung dalam waktu.
Ma, aku melihatmu di setiap ujung jalan.
Sungguh tidak menyangka
Begitu penuh kamu mengisi buku alamat batinku.
Sekarang aku kembali berjalan.
Apakah aku akan menelefon teman?
Apakah aku akan makan udang gapit di restoran?
Aku sebel terhadap cendikiawan yang menolak menjadi saksi.
Masalah sosial dipoles gincu menjadi metafisika.
Sikap jiwa dianggap maya dibanding mobil berlapis baja.
Hanya kamu yang enak diajak bicara.
Kakiku melangkah melewati sampah-sampah.
Aku akan menulis sajak-sajak lagi.
Rasa berdaya tidak bisa mati begitu saja.
Ke sini, Ma, masuklah ke dalam saku bajuku.
Daya hidup menjadi kamu, menjadi harapan.

tomang tinggi, 1981
































NYANYIAN SUTO UNTUK FATIMA
Oleh: WS. Rendra

Duapuluhtiga matahari bangkit dari pundakmu
tubuhmu menguapkan bau tanah
dan menyelalah sukmaku.
Langit bagai kain tetoron yang biru terpentang
berkilat dan berkilau
menantang jendela kalbu yang berduka cita
Rohku rohmu bagai proton dan elektron
Bergolak 3x
Dibawah duapuluhtiga matahari
dua puluh tiga matahari membakar dukacitaku
Kelambu ranjangku tersingkap
dibantal berenda tergolek nasibku.
Apabila firmanmu terucap
masuklah kalbuku ke dalam kalbumu
sedu sedan mengetuk tingkapku
dari bumi dibawah rumpun mawar
Waktu lahir kau telanjang dan tak tahu
tapi hidup bukanlah tawar menawar

(WS Rendra bersama Ken Zuraidah,
sajak-sajak cinta, Jogjakarta 1968)


































BAHWA KITA DITATANG SERATUS DEWA

Pengarang: W.S Rendra

Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara engkau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita yang hampir rampung
dan dengan lega akan kita lunaskan.
Kita tidaklah sendiri
dan terasing dengan nasib kita
Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.
Suka duka kita bukanlah istimewa
kerana setiap orang mengalaminya
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahsia langit dan samodra
serta mencipta dan mengukir dunia.
Kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.
tetapi demi kehormatan seorang manusia.
kerana sesungguhnya kita bukanlah debu
meski kita telah reyot,tua renta dan kelabu.
Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita.
Tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorang pun berkuasa menghapusnya.
Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.
sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak peranda.
Dan kenangkanlah pula
bagaimana dahulu kita tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi,dan juga nasib kita.
Kita tersenyum bukanlah kerana bersandiwara.
Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.
Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita untuk Tuhan,manusia sesama,nasib dan kehidupan.
Lihatlah! sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah bahawa kita telah selalu menolak menjadi koma.
Kita menjadi goyah dan bongkok
kerna usia nampaknya lebih kuat dr kita
tetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.
Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula
bahwa hidup kita ditatang seratus dewa.

~ W.S Rendra ~
1972


DOA SEORANG SERDADU SEBELUM BERPERANG

Pengarang: W.S Rendra

Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku

Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-

Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku

Mimbar Indonesia
Th. XIV, No. 25
18 Juni 1960
















GERILYA

Pengarang: W.S Rendra

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling di jalan

Angin tergantung
terkecap pahitnya tembakau
bendungan keluh dan bencana

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan

Dengan tujuh lubang pelor
diketuk gerbang langit
dan menyala mentari muda
melepas kesumatnya

Gadis berjalan di subuh merah
dengan sayur-mayur di punggung
melihatnya pertama

Ia beri jeritan manis
dan duka daun wortel

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan

Orang-orang kampung mengenalnya
anak janda berambut ombak
ditimba air bergantang-gantang
disiram atas tubuhnya

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan

Lewat gardu Belanda dengan berani
berlindung warna malam
sendiri masuk kota
ingin ikut ngubur ibunya

Siasat
Th IX, No. 42
1955








GUGUR

Pengarang: W.S Rendra

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya

Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya

Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Belumlagi selusin tindak
mautpun menghadangnya.
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata :
” Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
Kerna kita punya bumi kecintaan.
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah juwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang.”
Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa

Orang tua itu kembali berkata :
“Lihatlah, hari telah fajar !
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya !
Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menacapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata :
-Alangkah gemburnya tanah di sini!”

Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya

W.S Rendra













































HAI, KAMU !

Pengarang: W.S Rendra

luka-luka di dalam lembaga,
intaian keangkuhan kekerdilan jiwa,
noda di dalam pergaulan antar manusia,
duduk di dalam kemacetan angan-angan.
aku berontak dengan memandang cakrawala.

jari-jari waktu menggamitku.
aku menyimak kepada arus kali.
lagu margasatwa agak mereda.
indahnya ketenangan turun ke hatiku.
lepas sudah himpitan-himpitan yang mengekangku.

jakarta, 29 pebruari 1978
potret pembangunan dalam puisi







































LAGU SEORANG GERILYA

Pengarang: W.S Rendra

(Untuk puteraku Isaias Sadewa)

Engkau melayang jauh, kekasihku.
Engkau mandi cahaya matahari.
Aku di sini memandangmu,
menyandang senapan, berbendera pusaka.

Di antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu,
engkau berkudung selendang katun di kepalamu.
Engkau menjadi suatu keindahan,
sementara dari jauh
resimen tank penindas terdengar menderu.

Malam bermandi cahaya matahari,
kehijauan menyelimuti medan perang yang membara.
Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku,
engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu

Peluruku habis
dan darah muncrat dari dadaku.
Maka di saat seperti itu
kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan
bersama kakek-kakekku yang telah gugur
di dalam berjuang membela rakyat jelata

Jakarta, 2 september 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi


























LAGU SERDADU

Pengarang: W.S Rendra

Kami masuk serdadu dan dapat senapang
ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang
Yoho, darah kami campur arak!
Yoho, mimpi kami patung-patung dari perak

Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekali
Wahai, tanah yang baik untuk mati
Dan kalau ku telentang dengan pelor timah
cukilah ia bagi puteraku di rumah

Siasat
No. 630, th. 13
Nopember 1959








































NINA BOBOK BAGI PENGANTIN

Pengarang: W.S Rendra

Awan bergoyang, pohonan bergoyang
antara pohonan bergoyang malaikat membayang
dari jauh bunyi merdu loceng loyang

Sepi, syahdu, rindu
candu rindu, ghairah kelabu
rebahlah, sayang, rebahlah wajahmu ke dadaku

Langit lembayung, pucuk-pucuk daun lembayung
antara daunan lembayung bergantung hati yang ruyung
dalam hawa bergulung mantera dan tenung

Mimpi remaja, bulan kenangan
duka cinta, duka berkilauan
rebahlah sayang, rebahkan mimpimu ke dadaku

Bumi berangkat tidur
duka berangkat hancur
aku tampung kau dalam pelukan tangan rindu

Sepi dan tidur, tidur dan sepi
sepi tanpa mati, tidur tanpa mati
rebahlah sayang, rebahkan dukamu ke dadaku.

~ W.S Rendra ~




























Dipetik dari 4 Kumpulan Sajak
Nota Bele : AKU KANGEN

Pengarang: W.S Rendra

Lunglai – ganas karena bahagia dan sedih,
indah dan gigih cinta kita di dunia yang fana.
Nyawamu dan nyawaku dijodohkan langit,
dan anak kita akan lahir di cakrawala.
Ada pun mata kita akan terus bertatapan hingga berabad-abad lamanya.

Juwitaku yang cakap meskipun tanpa dandanan
untukmu hidupku terbuka.
Warna-warna kehidupan berpendar-pendar menakjubkan
Isyarat-isyarat getaran ajaib menggerakkan penaku.
Tanpa sekejap pun luput dari kenangan padamu
aku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan.

Jakarta, Kotabumi, 24 Maret 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi





































ORANG-ORANG MISKIN

Pengarang: W.S Rendra

Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.

Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.

Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.

Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.

Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.

Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.

Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.

Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim

Yogya, 4 Pebruari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi




















































PAMFLET CINTA

Pengarang: W.S Rendra

Ma, nyamperin matahari dari satu sisi.
Memandang wajahmu dari segenap jurusan.

Aku menyaksikan zaman berjalan kalang-kabutan.
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku.
Aku merindui wajahmu.
Dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa.
Kampus telah diserbu mobil berlapis baja.
Kata-kata telah dilawan dengan senjata.
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini.
Kenapa keamanan justeru menciptakan ketakutan dan ketegangan.
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sihat.
Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan adalah penindasan.

Suatu malam aku mandi di lautan.
Sepi menjadi kaca.
Bunga-bungaan yang ajaib bertebaran di langit.
Aku inginkan kamu, tetapi kamu tidak ada.
Sepi menjadi kaca.

Apa yang bisa dilakukan oleh penyair
Bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan?
Udara penuh rasa curiga.
Tegur sapa tanpa jaminan.

Air lautan berkilat-kilat.
Suara lautan adalah suara kesepian
Dan lalu muncul wajahmu.

Kamu menjadi makna.
Makna menjadi harapan.
… Sebenarnya apakah harapan?

Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu.
Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak.
Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu.
Aku tertawa, Ma!
Angin menyapu rambutku.
Aku terkenang kepada apa yang telah terjadi.

Sepuluh tahun aku berjalan tanpa tidur.
*Punggungku karatan aku seret dari warung ke warung.
Perutku sobek di jalan raya yang lenggang…
Tidak. Aku tidak sedih dan kesepian.
Aku menulis sajak di bordes kereta api.
Aku bertualang di dalam udara yang berdebu.

Dengan berteman anjing-anjing geladak dan kucing-kucing liar,
Aku bernyanyi menikmati hidup yang kelabu.

Lalu muncullah kamu,
Nongol dari perut matahari bunting,
Jam dua belas seperempat siang.
Aku terkesima.
Aku disergap kejadian tak terduga.
Rahmatku turun bagai hujan
Membuatku segar,
Tapi juga menggigil bertanya-tanya.
Aku jadi bego, Ma!

Yaaahhhh, Ma, mencintai kamu adalah bahagia dan sedih.
Bahagia karena mempunyai kamu di dalam kalbuku,
Dan sedih karena kita sering terpisah.
Ketegangan menjadi pupuk cinta kita.

Tetapi bukankah kehidupan sendiri adalah bahagia dan sedih?
Bahagia karena nafas mengalir dan jantung berdetak.
Sedih karena fikiran diliputi bayang-bayang.
Adapun harapan adalah penghayatan akan ketegangan.

Ma, nyamperin matahari dari satu sisi,
Memandang wajahmu dari segenap jurusan.

~ W.S. Rendra ~
( Koleksi Puisi² Willibordus Surendra)



































DOA SEORANG PEMUDA RANGKASBITUNG di ROTTERDAM

Bismillahir-rohmanir-rohiim

Allah! Allah! Napasmu menyentuh ujung jari-jari kakiku yang menyembul dari selimut. Aku membuka mata dan aku tidak bangkit dari tidurku. Aku masih mengembara di dalam jiwa.

Burung-burung terbakar di langit dan menggelepar di atas bumi. Bunga-bunga apyun diterbangkan angin jatuh di atas air hanyut di kali, dibawa ke samodra, disantap oleh kawanan hiu yang lalu menggelepar jumpalitan bersama gelombang.

Aku merindukan desaku lima belas kilo dari Rangkasbitung. Aku merindukan nasi merah, ikan pepes, desir air menerpa batu, bau khusus dari leher wanita desa, suara doa di dalam kabut.

Musna. Musna. Musna. Para turis, motel dan perkebunan masuk desa. Gadis-gadis desa lari ke kota bekerja di panti pijat, para lelaki lari ke kota menjadi gelandangan. Dan akhirnya digusur atau ditangkapi disingkirkan dari kehidupan. Rakyat kecil bagaikan tikus. Dan para cukong selalu siap membekali para penguasa dengan semprotan antihama. Musna. Musna. Musna.

Kini aku di sini. Di Rotterdam. Menjelang subuh. Angin santer. Jendela tidak terbuka, tapi tirainya aku singkapkan. Kaca basah. Musim gugur. Aku mencium bau muntah. Orang Negro histeri ketakutan dikejar teror orang kulit putih di tanah leluhurnya sendiri di Afrika Selatan. Kekerasan. Kekuasaan. Kekerasan. Dan lantaran ada tambang intan di sana, kekuatan adikuasa orang-orang kulit putih juga termasuk yang demokrat, memalingkan muka, bergumam seperti orang bego, dan mengulurkan tangan di bawah meja, melakukan kerja sama dagang dengan para penindas itu. Dusta. Dusta. Dusta. Ya, Allah Yang Maharahman! Tanganku mengambang di atas air bersama sampah peradaban.

Apakah aku akan berenang melawan arus? Langit nampak dari jendela, Ada hujan bulu-bulu angsa. Aku hilang di dalam kegagapan. Ada trem lewat. Trem? Buldoser? Panser? Apakah aku akan menelpon Linde? Atau Adrian? Berapa lama akan sampai kalau sekarang aku menulis surat kepada Makoto Oda di Jepang? Sia-sia. Musna. Dusta.

Rotterdam! Rotterdam! Hiruk-pikuk suara pasar di Jakarta. Bau daging yang terbakar. Biksu di Vietnam protes membakar diri. Perang saudara di India yang abadi. Aku termangu. Apakah aku akan menyalakan lampu? Terdengar lonceng berdentang. Berapa kali tadi? Jam berapa sekarang? Ayahku di Rangkasbitung selalu bertanya: Kapan kamu akan menikah? Apakah kamu akan menikah dengan perempuan Indonesia atau Belanda? Kapan kamu akan memberiku seorang cucu? Apakah lampu akan kunyalakan? Di Rangkasbitung pasti musim hujan sudah datang. Kenapa aku harus punya anak? Kalau perang dunia ketiga meletus nuklir digunakan, angin bertiup, hujan turun, setiap mega menjadi ancaman. Jadi anakku nanti harus mengalami semua ini? Rambut rontok. Kulit terkelupas. Ampas bencana tidak berdaya. Ah, anakku, sekali kamu dilahirkan tak mungkin kamu kembali mengungsi ke dalam rahim ibumu!

Suara apakah itu? Electronic music? Jam berapa sekarang? Apakah sudah terlambat untuk salat subuh? Buku-buku kuliah di atas meja. Tanganku menjamah kaca jendela. Dan dari jauh datang mendekat: wajahku. Apakah yang sedang aku lakukan? Ya Allah Yang Maharahman! Tanganku mengambang di atas air bersama sampah peradaban. Apakah aku harus berenang melawan arus? Astaga! Pertanyaan apa ini!

Apakah aku takut? Ataukah aku menghiba? Apakah aku takut lalu menghiba? Pertanyaan apa ini!

Ya, Allah Yang Maharahman. Aku akan menelpon Linde dan juga Adrian. Aku akan menulis surat kepada Makoto Oda. Tanganku mengepal di dalam air tercemar sampah peradaban. Tidak perlu aku merasa malu untuk bicara dengan imanku.

Allah Yang Maharahman, imanku adalah pengalamanku.

Bojong Gede 6 Nopember 1990
9.30 - 22 July 2009
Sebelum berpulang ke Rahmatullah, di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading
kika: Theodorus Setya Nugraha ~ Rendra ~ Clara Shinta




DOA SEHELAI DAUN KERING

Puisi Karya Emha Ainun Nadjib

Janganku suaraku, ya ‘Aziz
Sedangkan firmanMupun diabaikan

Jangankan ucapanku, ya Qawiy
Sedangkan ayatMupun disepelekan

Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah
Sedangkan kasih sayangMupun dibuang

Jangankan sapaanku, ya Matin
Sedangkan solusi tawaranMupun diremehkan

Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka
Sedangkan jasa penciptaanMupun dihapus

Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka
Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban

Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati
Sedangkan rahman rahimMu diingat hanya sangat sesekali

Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti
Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu

Sedangkan IbrahimMu dibakar
Sedangkan YunusMu dicampakkan ke laut
Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian

Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir
Wahai Jabbar Mutakabbir
Engkau Maha Agung dan aku kerdil
Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan
Engkau Maha Kuat dan aku lemah
Engkau Maha Kaya dan aku papa
Engkau Maha Suci dan aku kumuh
Engkau Maha Tinggi dan aku rendah serendah-rendahnya
Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar
Rasul kekasihMu maĆ­shum dan aku bergelimang hawaĆ­
Nabi utusanmu terpelihara sedangkan aku terjerembab-jerembab

Wahai Mannan wahai Karim
Wahai Fattah wahai Halim
Aku setitik debu namun bersujud kepadaMu
Aku sehelai daun kering namun bertasbih kepadaMu
Aku budak yang kesepian namun yakin pada kasih sayang dan pembelaanMu

Emha Ainun Nadjib Jakarta 11 Pebruari 1999